Ketapang, Lampung Selatan — Aroma busuk dugaan penggelapan dana Program Indonesia Pintar (PIP) di SMKN 1 Ketapang Lampung Selatan semakin menyengat. Puluhan alumni tahun ajaran 2022–2023 mengaku tidak pernah menerima dana bantuan, meski status pencairan dalam sistem Kemdikbud sudah tertulis “tersalurkan”.
Dana Sudah Cair, Tapi Siswa Tidak Pernah Terima
Sejumlah alumni menyatakan mereka tak pernah mendapatkan informasi, buku tabungan, atau dana PIP sama sekali. Kecurigaan pun menguat: dana kemungkinan besar telah dicairkan secara kolektif oleh pihak sekolah — sebuah celah rawan yang marak dilakukan selama masa pandemi.“Kami tidak pernah merasa mencairkan dana PIP. Tapi saat dicek, statusnya sudah cair. Ini bukan kelalaian biasa. Ini kejahatan,” ungkap salah satu alumni.
Wali Murid Dibawa ke Bank, Tapi Dana ‘Sudah Terblokir’
Kejanggalan juga dialami wali murid yang pernah diajak ke Bank BNI Cabang Kalianda oleh guru. Namun sesampainya di sana, mereka hanya diberi kabar bahwa dana telah diblokir dan buku tabungan tidak bisa diberikan. Pihak bank pun enggan memberikan penjelasan lebih lanjut.“Kami tidak pernah lihat buku tabungan itu. Tapi nama anak kami tercatat sebagai penerima. Kalau bukan kami yang mencairkan, siapa?” ujar seorang wali murid.
Modus Lama, Korban Baru
Pencairan kolektif di masa pandemi memang menjadi celah yang dimanfaatkan oknum. Tanpa transparansi, buku tabungan ditahan, dan siswa tidak dilibatkan. Puluhan alumni kini menyuarakan hal serupa: status bantuan mereka tersalurkan, tapi dana tak pernah sampai.Sekolah dan Bank Tutup Mulut
Upaya konfirmasi dari redaksi Ruang Investigasi kepada pihak SMKN 1 Ketapang melalui alamat surel resmi hingga kini tak mendapat tanggapan.Desakan Investigasi & Proses Hukum
Para alumni dan wali murid kini menuntut:- Dinas Pendidikan & Inspektorat turun tangan memeriksa
- BNI membuka data pencairan secara transparan
- KPK & APH menyelidiki dugaan korupsi dan pencucian uang
- Kemdikbud mengevaluasi sistem pencairan kolektif
“Ini bukan hanya soal uang. Ini soal keadilan, masa depan anak-anak kami yang dirampas secara diam-diam,” tegas seorang perwakilan wali murid.
(Tim)